Catatan Ringan Meliput Upacara HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 79 di KBRI Singapura

Kepala Bidang Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Jaovano Dos Santos Riberu saat memberi ucapan selamat kepada Paskibra KBRI Singapura

Masyarakat Indonesia di Singapura Masih Tinggi Rasa Nasionalismenya

BUANAtoday.com.Singapura- Sejak media ini launching Maret 2020 lalu bertepatan saat covid-19 sedang seru-serunya melanda seluruh dunia, termasuk negara kita dan negara tetangga terdekat Singapura,  ada keinginan untuk melihat sekaligus meliput bagaimana masyarakat Idonesia menghadapinya disana.

Keinginan untuk melihat dan mengetahui keadaan warga Indonesia di negara tetangga bukan tanpa sebab.  Saat itu, negeri tetangga  terdekat kita Singapura, angka kematian akibat covid-19 sangat tinggi dan cenderung dilanda kecemasan hingga beberapa waktu perjalanan ke Singapura maupun dari Singapura ke Batam dihentikan.

 

Ibu Rizki Kusumastuti Sekretaris pertama Kabid Penerangan dan Sosbud KBRI Singapura

Demikian juga pasca melandainya kasus covid-19 dengan dibukanya  kembali pelayaran Batam-Singapura dan Singapura-Batam, maka kesempatan terbuka untuk kembali melihat keberadaan masyarakat Indonesia di negara tetangga Singapura.

Moment tepat didapat, kebetulan hari besar nasional yaitu Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79  tahun 2024 ini.  Sebagaimana pengalaman para wartawan tahun 80 an sampai tahun 2000 an, jika tiba saat hari besar nasional atau hari besar keagamaan, banyak wartawan dari Batam menyeberang meliput ke KBRI Singapura.

bersama Kabid Penerangan & Sosbud KBRI Singapura

Demikian juga awak media ini, berkesempatan meliput HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 79 ke KBRI Singapura.  Namun bukan asal datang saja ke KBRI Singapura.  Lima hari sebelum berangkat, media ini sudah mengontek bagian penerangan KBRI Singapura akan melapor ke KBRI Jumat tanggal 16 Agustus, sebelum perayaan 17 Agustus. Hal ini dilakukan media ini, agar nantinya keberadaan awak media ini di KBRI Singapura tidak seperti tamu tidak diundang.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo bersama Isteri yang sangat merakyat dan familiar

Ternyata respon bagian penerangan yaitu Kepala Bidang Penerangan & Sosial Budaya bapak Jaovano Dos Santos Riberu maupun Sekretaris pertama Ibu Rizki Kusumastuti sangat positif.  Hal in kami ketahui, saat berada di Kapal Fery Batam Fast ada telepon masuk dari kode negara plus 65.  Namun tidak sempat angkat telepon disebabkan suara bising kapal yang sedang lepas tali meninggalkan Pelabuhan Batam Centre, sayangnya  dering telepon sudah terhenti saat akan diangkat.

bersama Duta Besar RE Soeryo Pratomo didampingi isteri Duta Besar

Pukul 11.50 WIB atau pukul 12.50 sampai di Harbourfront Singapura.  Langsung mau ke konter Imigrasi untuk scan paspor.   Namun petugas Imigration Singapura menghentikan langkah kami dan menanyakan dengan bahasa Inggeris bercampur logat melayu, kira-kira maksudnya apakah sudah terdaftar di ICA (Imigration Chekpoint Authority) , saat dijawab belum, maka diarahkan untuk mengisi terlebih dahulu  data-data pribadi melalui   hp bentuk tablet yang tersedia di beberapa meja kecil.

Agak kesulitan memang saat menulis email.  Sebab keybord tabletnya tak bisa dibuat huruf kecil,  tapi huruf besar semua.  Beberapa kali diulang, tetap juga huruf besar yang muncul. Seperti misalnya mau menulis email nama lumbantimbul dengan huruf kecil, yang muncul adalah semua huruf besar LUMBANTIMBUL. Sementara diketahui, untuk email itu biasanya huruf kecil semua.  Anehnya wanita petugas Imigrasi Singapura itu seakan membiarkannya dan melihatnya awak media ini mengotak-atik keybord tablet yang tak bisa-bisa buat huruf kecil.

Kabid Penerangan memperhatikan tulisan liputan KBRI saat di media cetak tahun 2000-an

Untungnya lelaki anak muda disamping yang merupakan warga Indonesia juga mengetik emailnya berujar, “tak usah pak diulang-ulang. Nanti di komputer mereka, akan berubah otomatis huruf kecil” sebutnya.  Benar memang, alamat yang ditulis tetap tak mau berobah menjadi huruf kecil. Lucunya, petugas Imigrasi tidak juga menegor walau dilihatnya email pakai huruf besar semua.

Setelah selesai menulis email, nomor hp dan tujuan ke Singapura diarahkan ke bagian konter scan paspor.  Selanjutnya setelah halaman bagian depan Paspor yang memuat foto dan nama di-scan,  memang benar terlihat di sistem sudah benar,  terus ada masuk ke email di HP dari ICA yang memberitahukan  anda masuk tanggal 16 Agustus dan diberi visa sampai 15 September dengan status sebagai turis atau transit.

 

Plong sudah urusan di konter Imigrasi Singapura. Tujuan ke KBRI Singapura dengan mencoba naik SBS (Singapura Bus Service) dari seberang jalanan Harbourt front. Sebagian menyebut, koin dolar Singapura tak berlaku lagi, jadi  mesti pakai kartu transport.  Tetapi koin dolar Singapura yang sudah terlanjur ditukar di Money Changer Batam, tetap kami coba melalui loket SBS.  Nyatanya masih bisa tetapi tidak disebut berapa tarifnya.  Bus dengan merk SBS nomor 65 kami masuki dan bertanya ke sopir (driver) berapa ongkos ke Orchad road.

Sang Driver tak menjawab selain melihat berapa koin dolar yang kami pegang.  Setelah driver melihat ada dua dolar koin 50 cent, ia mempersilahkan untuk memasukkan ke kotak yang tersedia disamping kiri kemudi yang biasanya akan otomatis keluar tiket kecil.  Namun tiket tidak keluar sehingga kami cemas jangan jangan nanti disuruh keluar bus, pada hal sudah masuk empat setengah dolar koin bersama teman.  Namun sang driver menangkap kecemasan kami seraya mengatakan, No problem, please sitdown.

Kami pun akhirnya duduk di bangku bus yang full ac. Sampai di persimpangan Rivervalley road dengan Nathan road turun untuk selanjutnya jalan kaki sekira enam ratus meter melewati Regency Park menuju KBRI Singapura di 7 Chatsworth road. Tiba disana, kantor tutup karena sholat Jumat.  Ada beberapa warga Indonesia maupun warga asing yang menunggu untuk urusan paspor para pekerja maupun buku pelaut maupun untuk urusan visa.  “Katanya jam tiga buka pak”, ujar seorang pria yang sudah menunggu untuk urusan paspor.  Berarti satu setengah  jam lagi harus menunggu.

Setelah menunggu satu setengah jam, pintu pun dibuka security untuk masuk ke KBRI.  Awak media ini pun mengeluarkan KTP sebagai persyaratan untuk dapat badge masuk ke KBRI. Namun security menyebut, hanya yang urus paspor bisa masuk hari ini, selain bukan urusan paspor, tak diijinkan masuk.  Setelah diyakinkan sudah ada appoiment (janji) dengan penerangan, security mengkontek Kabid Penerangan.  Jawaban yang diterima security dari Kabid penerangan, diperbolehkan masuk.  Security kemudian mengantar ke loby kBRI.

Tiba di receptionis KBRI, dengan langkah pasti Kepala Bidang Penerangan dan Sosial Budata KBRI Singapura Jaovano Dos Santos menyambut kami dengan bersalaman saling menyebut nama. Kemudian diajak ke arah selatan yang merupakan ruang penerangan dan sosial budaya.  Di ruangan tersebut berbincang tentang berbagai hal termasuk prosedur meliput di suatu negara.  Jaovano sangat familiar dan bersahabat menjelaskan dengen telaten demi kebaikan para insan media yang akan meliput di luar negeri, seraya kemudian memanggil Sekretaris pertama Ibu Rizki Kusumastuti untuk memberikan penjelasan.

Baik Jaovano maupun Ibu Rizki menjelaskan, bahwa prosedur untuk meliput ke luar negeri sebaiknya mempergunakan visa jurnalis agar keamanan dan kenyamanan bertugas terjamin.  Visa jurnalis bisa diperoleh melalui instansi yang menangani tugas-tugas jurnalistik di pemerintahan negara dimana dituju melalui permohonan ke perwakilan (Kedutaan Besar) mereka yang ada di Indonesia ataupun Konsulat. Sama halnya dengan jurnalis negara lain yang akan meliput ke Indonesia untuk mendapatkan visa jurnalis melalui KBRI Singapura harus mengajukan permohonan mendapatkan visa jurnalis.

Saat awak media ini akan pulang dari KBRI untuk mencari penginapan, tak lupa mereka mengingatkan, bahwa nanti sore sekira pukul 4 aore Duta Besar akan mengukukuhkan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) KBRI yang akan bertugas mengibarkan Bendera Merah Putih pada Upacara Sabtu 17 Agustus di halaman Kantor KBRI.  Waktu yang sudah menjelang sore, akhirnya tak jadi mencari penginapan, namun menunggu acara pengukuhan.

Tepat pukul 16.00 waktu setempat, pengukuhan Paskibra dilaksanakan oleh Duta Besar RE Suryo Pratomo disaksikan  sejumlah warga Indonesia terutama para orangtua anggota Paskibra,  Wajah-wajah ceria terpancar dari para anggota Paskibra yang akan melaksanakan tugas esok harinya.  Kami pun pamit untuk mencari penginapan sekitar Rifervaley road berdekatan dengan Orchad road,  sebab besok pagi Upacara akan dimulai pukul 07.30 waktu setempat.  Keesokan harinya, Upacara Proklamasi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 79 dimulai tepat pukul 07.30.

Yang dapat dicatat dari Upacara HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 di Kedutaan Besar Republik Indoesia Singapura, rasa nasionalisme yang masih tetap tinggi masyarakat Indonesia meski sudah berada dan bekerja atau tugas belajar di negara tergolong maju ini.  Saat Sangsaka Merah Putih dikibarkan Paskibra, seluruh masyarakat yang ikut upacara menghormat hingga selesai iringan lagu Indonesia Raya.  Demikian juga saat menonton siaran langsung dari IKN Kalimantan Timur di ruang Nusantara KBRI detik-detik Proklamasi dengan Inspektur Upacara Presiden Joko Widodo, saat Bendera Merah Putih dikibarkan, masyarakat yang duduk, spontan berdiri tertuju layar monitor untuk menghormat.

Rasa nasionalisme ini menarik disinggung, sebab ada kalanya di beberapa daerah Indonesia yang pernah diliput awak media ini, rasa nasionalisme itu sudah mulai luntur.  Misalnya saat pengibaran Bendera Merah Putih, banyak atau malas menghormat, selain hanya barisan depan yang terdiri dari TNI.Polri yang terlihat menghormat Bendera.  Semoga saja rasa nasionalisme itu tidak pernah luntur dari seluruh rakyat Indonesia, seperti yang diperlihatkan masyarakat Indonesia di Singapura.  Satu yang patut dicatat, Duta Besar RE Suryo Pratomo sangat merakyat dan familiar kepada seluruh masyarakat Indonesia yang berada di Singapura.  Terbukti satu persatu warga dengan telaten dilayani untuk swafoto hingga memakan waktu lumayan lama di depan Kantor KBRI.  Tak heran, jika banyak masyarakat di negara jiran itu berharap, kiranya keberadaan Duta Besar ini layak dipertahankan menjabat di KBRI Singapura, kendati nanti pemerintahan 20 Oktober 2024 berganti dari Presiden Joko Widodo kepada Prabowo Subianto. Semoga saja. (timbul tobing)